Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) baru saja melaporkan penjualan kendaraan beroda empat nasional periode Januari-Mei 2016. Jumlahnya mencapai 440.466 unit, turun sedikit dibandingkan periode sama tahun kemudian yang 443.181 unit. Meski pasar menurun implikasi kelesuan ekonomi nasional, asli pabrik yang mendominasi pasar permanen, yakni PT Toyota-Astra Motor.
Ya, Toyota Indonesia masih bertengger dalam puncak beserta volume 143.027 unit atau pangsa pasar 32,lima %. Menariknya, PT Honda Prospect Motor 'nyalip' ke peringkat kedua beserta volume 90.190 unit (pangsa 20,lima %). Biasanya peringkat 2 diisi PT Astra Daihatsu Motor, yang kali ini turun ke ranking tiga beserta volume 72.782 unit (16,lima %). PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, yang pegang brand Mitsubishi, duduk dalam ranking empat beserta 43.555 unit (9,9 %), disusul Suzuki Indonesia 43.050 (9,7 %).
Ranking lima hingga sepuluh masih dikuasai brand Jepang lainnya. Secara berurutan menjadi berikut Datsun beserta 15.602 unit, Hino (8.095), Nissan (7.188), Isuzu (6.750), & Mazda (2.806).
Dominasi merek Jepang tadi pula terefleksi berasal 10 kendaraan beroda empat yang paling laku dalam lima bulan pertama 2016. Contoh, kendaraan beroda empat sejuta umat Toyota Avanza menjadi kendaraan beroda empat paling laku beserta penjualan 56.044 unit. Model kedua terpopuler adalah Honda BR-V beserta 27.085 unit. Model ketiga terpopuler adalah Toyota Kijang Innova, yang mengalami major change awal Januari kemudian, beserta volume 25.390 unit. Ranking empat diisi Toyota Agya beserta 23.212 unit, disusul sepupunya, Daihatsu Ayla beserta 20.950 dalam ranking kelima. Itu gerombolan lima besar kendaraan beroda empat terpopuler dalam Indonesia.
Kelompok lima besar berikutnya diisi sang Honda Mobilio beserta 20.425 unit, Daihatsu Xenia (18.584), Daihatsu Gran Max (17.917), Honda HR-V 1.lima (16.031), & Datsun Go & Go+ (15.602). Suzuki Ertiga yang umumnya masuk gerombolan 10 besar, kali ini terlempar berasal posisi 10 besar, alasannya adalah hanya mencatat penjualan 14.829 unit.
Dari 10 model kendaraan beroda empat paling laku itu, segmen low MPV & MPV masih berkontribusi terbesar lewat model Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, & All New Toyota Kijang Innova. Segmen kedua terbesar adalah LCGC beserta model Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Datsun Go & Go+. Menariknya, segmen low sport utility vehicle (SUV) berada dalam ranking tiga, lewat 2 model Honda sekaligus, HR-V 1.5L & BR-V.
Honda Nyalip Daihatsu
Honda BR-V 2016 Merdeka.com
Di periode Januari-Mei ini, patut digarisbawahi adalah keberhasilan Honda Indonesia menyalip Daihatsu untuk menjadi pemain kedua terbesar dalam Indonesia beserta pangsa 20,lima %. Hasil ini tidak lepas berasal strategi panjang nan ciamik Honda Indonesia untuk terus menambah portofolio produk, terutama dalam segmen kendaraan beroda empat yang terkenal seperti low MPV & low SUV serta crossover.
Saya mencatat semenjak tiga tahun kemudian, Honda Indonesia bekerja keras mempertinggi pangsa pasarnya. Caranya, beserta masuk ke segmen pasar terbesar dalam tanah air, yakni low MPV. Maka itu, dalam pertengahan 2013, Honda memperkenalkan Mobilio, yang bermain dalam segmen low MPV. Strategi mengenalkan model baru setiap tahun ini terus berlanjut, beserta meluncurkan HR-V dalam segmen low SUV atau crossover dalam tahun berikutnya. Yang paling anyar, tentu saja BR-V, masih dalam segmen low SUV.
Ya, tiga tahun berturut-turut Honda menyajikan kendaraan beroda empat baru yang wow & memberikan daya tarik serta kesejukan baru kepada konsumen otomotif. Setiap tahun konsumen dimanjakan beserta model-model baru Honda yang menyegarkan berasal sisi desain & fitur. Terbukti, ketiga model anyar Honda itu langsung menjadi nyawa baru Honda, untuk merebut posisi nomor satu berasal Toyota Indonesia. Semula Honda hanya mengandalkan segmen sedan & medium MPV & SUV.
Selain produk baru yang menarik, keberhasilan Honda pula ditimbulkan strategi harga jual produknya. Honda Indonesia me-setting harga jual produknya dalam level Rp 200 jutaan. Contoh, Honda Mobilio dibanderoal mulai Rp 181 juta hingga Rp 235 juta. Kemudian BR-V mulai Rp 227 juta-Rp 262 juta. Sementara Honda HR-V dibanderol mulai Rp 267 juta (tipe 1.5L S CVT) hingga yang paling mahal Rp 372 juta (tipe 1.8L Prestige).
Jonfis Fandy, Direktur Marketing & After Sales Service Honda Indonesia kepada Merdeka.com, memberikan Honda Indonesia melakukan riset panjang & mendalam dalam membuatkan satu model kendaraan beroda empat, demi asa & kebutuhan konsumen Indonesia. Dia mencontohkan Mobilio yang spesifikasi & fitur-fiturnya dibangun sinkron beserta karakter & syarat jalan dalam Indonesia.
Faktor harga jual produk tentu menjadi pertimbangan utam selain spesifikasi & fitur-fitur yang ditawarkan. "Faktanya, pasar kendaraan beroda empat Indonesia yang terbesar berada dalam level harga Rp 200 juta," istilah Jonfis.
Dia mengakui semenjak tiga model baru itu dipasarkan penjualan Honda setiap tahun tumbuh, dalam ketika pasar kendaraan beroda empat nasional cenderung menurun. Rata-homogen per tahun ada pertumbuhan sekitar 25 %. "Sekarang tantangan kami, bagaimana menyelaraskan penambahan model baru & kenaikan penjualan ini beserta jumlah dealernya. Karena itu, kami terus menambah jaringan dealer beserta sasaran 170-190 dealer hingga akhir tahun ini."
Keberhasilan Honda dalam satu sisi pula didorong adanya kelemahan dalam asli pabrik lain. Misalnya Daihatsu, semenjak Xenia-Avanza booming menjadi kendaraan beroda empat sejuta umat, praktis Daihatsu tidak mempunyai produk baru yang menarik konsumen. Memang All New Xenia diluncurkan dalam 2011, akan akan tetapi semenjak masuk Suzuki Ertiga, Honda Mobilio, Chevrolet Spin, & Nissan Grand Livina, Xenia tidak bertenaga pula menunda gempuran kompetitor barunya itu. Apalagi secara spesifikasi & fitur, Xenia dalam bawah para pesaingnya itu.
Memang ada model Grand Max & versi mewahnya, Luxio. Tapi kendaraan beroda empat ini tidak menyegarkan pasar berasal sisi desain. Bentuknya yang pula kotak (boxy) terkesan ini adalah kendaraan beroda empat niaga, bukan penumpang. Sementara Terios pula volume pasarnya tidak poly bertumbuh. Untung ada Ayla, kendaraan beroda empat LCGC, yang bisa diandalkan Daihatsu ketika ini. Tapi tentu pasar LCGC tidak sebesar pasar low MPV, meski segmen LCGC terus bertumbuh.
Suzuki Indonesia pula setali tiga uang. Sejak Ertiga, Suzuki tidak mempunyai produk yang wow. Karimun Wagon R tidak bisa mendongkrak pangsa pasarnya. Sekali lagi pasar LCGC tidak sebesar low MPV.
Strategi 7 Seater
Tapi mengapa Toyota Indonesia permanen bisa mempertahankan dirinya menjadi pemain nomor satu dalam republik ini? Agak tidak selaras beserta nasib Daihatsu & Suzuki, Toyota mempunyai portofolio produk yang lengkap, mulai berasal LCGC, city car, hatchback, lom MPV, low SUV, sedan, hingga premium model. Alhasil penjualannya permanen tinggi.
Meski masih mengandalkan Avanza, Toyota pula mempunyai strategi lebih komplet berasal Daihatsu & Suzuki. Selain mempunyai line up produk lebih poly & lengkap, Toyota relatif tepat membaca asa konsumen & menjaga konsumen loyalnya. Tak heran dalam awal tahun ini, Toyota beserta cerdas memberikan All New Kijang Innova & Fortuner. Kemudian varian baru Toyota Rush beserta 7 penumpang, New Rush TRD Sportivo 7 & Ultimo dalam Februari kemudian. Dan yang paling hot, Toyota Sienta, MPV beserta fitur sliding door, yang dipasarkan semenjak April kemudian.
Anton Jimmy, Kepala Divisi Pemasaran PT Toyota Astra Motor, menyatakan apabila pemain lain menyatakan pasar kendaraan beroda empat tahun ini milik kendaraan beroda empat SUV, maka Toyota mempunyai strategi sendiri. Sejak awal Toyota menyadari konsumen Indonesia senang mempunyai kendaraan beroda empat beserta kapasitas besar seperti 7 penumpang. Karena itu, tahun ini Toyota memberikan kendaraan beroda empat 7 penumpang ke pasar lewat model Avanza, All New Kijang Innova, New Toyota Rush, & Sienta.
"Strategi Toyota adalah memberikan kendaraan beroda empat 7 penumpang, alasannya adalah konsumen Indonesia senang sekali," ujar Anton kepada Merdeka.com.
Nissan Berbenah Terus
Presiden Direktur Nissan, Antonio Zara 2016 Merdeka.com
Salah satu asli pabrik yang terus berbenah diri adalah PT Nissan Motor Indonesia. Pabrikan Jepang ini, semenjak 1 April kemudian mempunyai presiden direktur baru untuk menata bisnisnya lebih laju dalam Indonesia. Periode Januari-Mei 2016, penjualan Nissan turun menjadi sekitar 7.188 unit berasal sekitar 13 ribu unit dalam periode sama tahun kemudian.
Antonio Zara, Presiden Direktur Nissan Indonesia, mengaku penjualan Nissan dalam semester I kurang baik. Ini bukan soal brand awareness Nissan, akan akan tetapi lebih ditimbulkan Nissan tidak mempunyai produk dalam segmen pasar yang berkembang dalam Indonesia. Misalnya, segmen big SUV.
Menurutnya, beberapa model Nissan bertenaga dalam segmennya masing-masing, seperti Grand Livine (MPV), Serena (upper MPV), & March (city car). "Di segmen big SUV kami tidak punya model, padahal poly pengguna X-Trail yang ingin pindah ke model lebih tinggi," ujar dia.
Di semester II, Zara optimistis penjualan Nissan akan lebih baik berasal semester I. Caranya beserta melakukan strategi penyegaran model demi menjaga market share. Sementara secara jangka panjang, Nissan wajib mempunyai model dalam segmen yang pasarnya besar. "Kami akan kehilangan pasar apabila tidak ada model dalam sana."
Secara global, Nissan Indonesia menjanjikan bakal agresif mulai 2018. Targetnya, pangsa pasar Nissan Indonesia naik menjadi 8 % dalam tahun itu, berasal 3 % dalam 2015. Sementara Datsun, pula ditargetkan naik menjadi 20 % dalam segmen LCGC. "Nissan Indonesia berada dalam next level dalam 2018 beserta strategi produk yang sangat agresif," pungkas Zara. [idc]
Ya, Toyota Indonesia masih bertengger dalam puncak beserta volume 143.027 unit atau pangsa pasar 32,lima %. Menariknya, PT Honda Prospect Motor 'nyalip' ke peringkat kedua beserta volume 90.190 unit (pangsa 20,lima %). Biasanya peringkat 2 diisi PT Astra Daihatsu Motor, yang kali ini turun ke ranking tiga beserta volume 72.782 unit (16,lima %). PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors, yang pegang brand Mitsubishi, duduk dalam ranking empat beserta 43.555 unit (9,9 %), disusul Suzuki Indonesia 43.050 (9,7 %).
Ranking lima hingga sepuluh masih dikuasai brand Jepang lainnya. Secara berurutan menjadi berikut Datsun beserta 15.602 unit, Hino (8.095), Nissan (7.188), Isuzu (6.750), & Mazda (2.806).
Dominasi merek Jepang tadi pula terefleksi berasal 10 kendaraan beroda empat yang paling laku dalam lima bulan pertama 2016. Contoh, kendaraan beroda empat sejuta umat Toyota Avanza menjadi kendaraan beroda empat paling laku beserta penjualan 56.044 unit. Model kedua terpopuler adalah Honda BR-V beserta 27.085 unit. Model ketiga terpopuler adalah Toyota Kijang Innova, yang mengalami major change awal Januari kemudian, beserta volume 25.390 unit. Ranking empat diisi Toyota Agya beserta 23.212 unit, disusul sepupunya, Daihatsu Ayla beserta 20.950 dalam ranking kelima. Itu gerombolan lima besar kendaraan beroda empat terpopuler dalam Indonesia.
Kelompok lima besar berikutnya diisi sang Honda Mobilio beserta 20.425 unit, Daihatsu Xenia (18.584), Daihatsu Gran Max (17.917), Honda HR-V 1.lima (16.031), & Datsun Go & Go+ (15.602). Suzuki Ertiga yang umumnya masuk gerombolan 10 besar, kali ini terlempar berasal posisi 10 besar, alasannya adalah hanya mencatat penjualan 14.829 unit.
Dari 10 model kendaraan beroda empat paling laku itu, segmen low MPV & MPV masih berkontribusi terbesar lewat model Toyota Avanza, Daihatsu Xenia, Honda Mobilio, & All New Toyota Kijang Innova. Segmen kedua terbesar adalah LCGC beserta model Toyota Agya, Daihatsu Ayla, Datsun Go & Go+. Menariknya, segmen low sport utility vehicle (SUV) berada dalam ranking tiga, lewat 2 model Honda sekaligus, HR-V 1.5L & BR-V.
Honda Nyalip Daihatsu
Honda BR-V 2016 Merdeka.com
Di periode Januari-Mei ini, patut digarisbawahi adalah keberhasilan Honda Indonesia menyalip Daihatsu untuk menjadi pemain kedua terbesar dalam Indonesia beserta pangsa 20,lima %. Hasil ini tidak lepas berasal strategi panjang nan ciamik Honda Indonesia untuk terus menambah portofolio produk, terutama dalam segmen kendaraan beroda empat yang terkenal seperti low MPV & low SUV serta crossover.
Saya mencatat semenjak tiga tahun kemudian, Honda Indonesia bekerja keras mempertinggi pangsa pasarnya. Caranya, beserta masuk ke segmen pasar terbesar dalam tanah air, yakni low MPV. Maka itu, dalam pertengahan 2013, Honda memperkenalkan Mobilio, yang bermain dalam segmen low MPV. Strategi mengenalkan model baru setiap tahun ini terus berlanjut, beserta meluncurkan HR-V dalam segmen low SUV atau crossover dalam tahun berikutnya. Yang paling anyar, tentu saja BR-V, masih dalam segmen low SUV.
Ya, tiga tahun berturut-turut Honda menyajikan kendaraan beroda empat baru yang wow & memberikan daya tarik serta kesejukan baru kepada konsumen otomotif. Setiap tahun konsumen dimanjakan beserta model-model baru Honda yang menyegarkan berasal sisi desain & fitur. Terbukti, ketiga model anyar Honda itu langsung menjadi nyawa baru Honda, untuk merebut posisi nomor satu berasal Toyota Indonesia. Semula Honda hanya mengandalkan segmen sedan & medium MPV & SUV.
Selain produk baru yang menarik, keberhasilan Honda pula ditimbulkan strategi harga jual produknya. Honda Indonesia me-setting harga jual produknya dalam level Rp 200 jutaan. Contoh, Honda Mobilio dibanderoal mulai Rp 181 juta hingga Rp 235 juta. Kemudian BR-V mulai Rp 227 juta-Rp 262 juta. Sementara Honda HR-V dibanderol mulai Rp 267 juta (tipe 1.5L S CVT) hingga yang paling mahal Rp 372 juta (tipe 1.8L Prestige).
Jonfis Fandy, Direktur Marketing & After Sales Service Honda Indonesia kepada Merdeka.com, memberikan Honda Indonesia melakukan riset panjang & mendalam dalam membuatkan satu model kendaraan beroda empat, demi asa & kebutuhan konsumen Indonesia. Dia mencontohkan Mobilio yang spesifikasi & fitur-fiturnya dibangun sinkron beserta karakter & syarat jalan dalam Indonesia.
Faktor harga jual produk tentu menjadi pertimbangan utam selain spesifikasi & fitur-fitur yang ditawarkan. "Faktanya, pasar kendaraan beroda empat Indonesia yang terbesar berada dalam level harga Rp 200 juta," istilah Jonfis.
Dia mengakui semenjak tiga model baru itu dipasarkan penjualan Honda setiap tahun tumbuh, dalam ketika pasar kendaraan beroda empat nasional cenderung menurun. Rata-homogen per tahun ada pertumbuhan sekitar 25 %. "Sekarang tantangan kami, bagaimana menyelaraskan penambahan model baru & kenaikan penjualan ini beserta jumlah dealernya. Karena itu, kami terus menambah jaringan dealer beserta sasaran 170-190 dealer hingga akhir tahun ini."
Keberhasilan Honda dalam satu sisi pula didorong adanya kelemahan dalam asli pabrik lain. Misalnya Daihatsu, semenjak Xenia-Avanza booming menjadi kendaraan beroda empat sejuta umat, praktis Daihatsu tidak mempunyai produk baru yang menarik konsumen. Memang All New Xenia diluncurkan dalam 2011, akan akan tetapi semenjak masuk Suzuki Ertiga, Honda Mobilio, Chevrolet Spin, & Nissan Grand Livina, Xenia tidak bertenaga pula menunda gempuran kompetitor barunya itu. Apalagi secara spesifikasi & fitur, Xenia dalam bawah para pesaingnya itu.
Memang ada model Grand Max & versi mewahnya, Luxio. Tapi kendaraan beroda empat ini tidak menyegarkan pasar berasal sisi desain. Bentuknya yang pula kotak (boxy) terkesan ini adalah kendaraan beroda empat niaga, bukan penumpang. Sementara Terios pula volume pasarnya tidak poly bertumbuh. Untung ada Ayla, kendaraan beroda empat LCGC, yang bisa diandalkan Daihatsu ketika ini. Tapi tentu pasar LCGC tidak sebesar pasar low MPV, meski segmen LCGC terus bertumbuh.
Suzuki Indonesia pula setali tiga uang. Sejak Ertiga, Suzuki tidak mempunyai produk yang wow. Karimun Wagon R tidak bisa mendongkrak pangsa pasarnya. Sekali lagi pasar LCGC tidak sebesar low MPV.
Strategi 7 Seater
Tapi mengapa Toyota Indonesia permanen bisa mempertahankan dirinya menjadi pemain nomor satu dalam republik ini? Agak tidak selaras beserta nasib Daihatsu & Suzuki, Toyota mempunyai portofolio produk yang lengkap, mulai berasal LCGC, city car, hatchback, lom MPV, low SUV, sedan, hingga premium model. Alhasil penjualannya permanen tinggi.
Meski masih mengandalkan Avanza, Toyota pula mempunyai strategi lebih komplet berasal Daihatsu & Suzuki. Selain mempunyai line up produk lebih poly & lengkap, Toyota relatif tepat membaca asa konsumen & menjaga konsumen loyalnya. Tak heran dalam awal tahun ini, Toyota beserta cerdas memberikan All New Kijang Innova & Fortuner. Kemudian varian baru Toyota Rush beserta 7 penumpang, New Rush TRD Sportivo 7 & Ultimo dalam Februari kemudian. Dan yang paling hot, Toyota Sienta, MPV beserta fitur sliding door, yang dipasarkan semenjak April kemudian.
Anton Jimmy, Kepala Divisi Pemasaran PT Toyota Astra Motor, menyatakan apabila pemain lain menyatakan pasar kendaraan beroda empat tahun ini milik kendaraan beroda empat SUV, maka Toyota mempunyai strategi sendiri. Sejak awal Toyota menyadari konsumen Indonesia senang mempunyai kendaraan beroda empat beserta kapasitas besar seperti 7 penumpang. Karena itu, tahun ini Toyota memberikan kendaraan beroda empat 7 penumpang ke pasar lewat model Avanza, All New Kijang Innova, New Toyota Rush, & Sienta.
"Strategi Toyota adalah memberikan kendaraan beroda empat 7 penumpang, alasannya adalah konsumen Indonesia senang sekali," ujar Anton kepada Merdeka.com.
Nissan Berbenah Terus
Presiden Direktur Nissan, Antonio Zara 2016 Merdeka.com
Salah satu asli pabrik yang terus berbenah diri adalah PT Nissan Motor Indonesia. Pabrikan Jepang ini, semenjak 1 April kemudian mempunyai presiden direktur baru untuk menata bisnisnya lebih laju dalam Indonesia. Periode Januari-Mei 2016, penjualan Nissan turun menjadi sekitar 7.188 unit berasal sekitar 13 ribu unit dalam periode sama tahun kemudian.
Antonio Zara, Presiden Direktur Nissan Indonesia, mengaku penjualan Nissan dalam semester I kurang baik. Ini bukan soal brand awareness Nissan, akan akan tetapi lebih ditimbulkan Nissan tidak mempunyai produk dalam segmen pasar yang berkembang dalam Indonesia. Misalnya, segmen big SUV.
Menurutnya, beberapa model Nissan bertenaga dalam segmennya masing-masing, seperti Grand Livine (MPV), Serena (upper MPV), & March (city car). "Di segmen big SUV kami tidak punya model, padahal poly pengguna X-Trail yang ingin pindah ke model lebih tinggi," ujar dia.
Di semester II, Zara optimistis penjualan Nissan akan lebih baik berasal semester I. Caranya beserta melakukan strategi penyegaran model demi menjaga market share. Sementara secara jangka panjang, Nissan wajib mempunyai model dalam segmen yang pasarnya besar. "Kami akan kehilangan pasar apabila tidak ada model dalam sana."
Secara global, Nissan Indonesia menjanjikan bakal agresif mulai 2018. Targetnya, pangsa pasar Nissan Indonesia naik menjadi 8 % dalam tahun itu, berasal 3 % dalam 2015. Sementara Datsun, pula ditargetkan naik menjadi 20 % dalam segmen LCGC. "Nissan Indonesia berada dalam next level dalam 2018 beserta strategi produk yang sangat agresif," pungkas Zara. [idc]
Image source: http://dealerdaihatsusurabaya.com/foto_berita/5astra-daihatsu-dukung-bahan-bakar-beroktan-lebih-tinggi-6ToDcPzv4z.jpg